Minggu, 04 Maret 2018

Ke Hutan Mangrove Dulu Yuk…




Nama resmi dari objek wisata ini sebenarnya adalah “Taman Wisata Alam ( TWA) Mangrove Angke Kapuk” tapi lebih dikenalnyanya dengan hutan mangrove. Jadi saat kita menuju kesana dengan armada Trans Jakarta kita bilang ke petugasnya “ kalo ke mangrove rutenya gimana ?”. 
Yups kita berangkat Jumat, 26 Januari 2018 dari pasar minggu via busway, kenapa kita milih busway?? Karena lebih mudah dibandingkan naik motor. Dari halte Jatipadang kita ambil busway arah kuningan kemudian transit di kuningan Timur, dari kuningan timur nyebrang ke Kuningan Barat tunggu bus arah Pluit lalu turun di halte penjaringan, di Penjaringan naik bus kearah PIK ( Pantai Indah Kapuk).
Anah di bus ini Tanya ja ma petugasnya mau turun di mangrove nanti kita akan diturunin di halte “Budha tzu chi”. What.. dimana tu? Indonesia? Iya ini masih Indonesia. Kita akan diturunin di depan komplek yayasan Budha tzu chi Indonesia, dari sini kita berjalan mengitari komplek ini karena pintu masuk TWA mangrove tepat di belakang bangunan. Lumayan juga kalo jalan, tapi dengan view bangunan yang amazing boleh lah kita numpang foto- foto, waktu aku share foto aja mpe ada yang kira aku diluar negri hahah… sebenarnya ada sih angkot bayar 2k, tapi menurutku dari pada naik nunggu angkot mending jalan deh…
Masuk gate kita akan menemukan loket pembelian tiket, untuk wisatawan local macam saya cukup merogoh kocek 25k( menurutku sih mahal). Nah kita akan dikasih 2 tiket, 5k buat masuk 20k buat paket wisata( tulisannya sih paket outbond, tapi saat masuk Cuma ada tempat outbond untuk anak dibawah 12thn itupun terbatas gak banyak, pas tak tanyakan ke petugas dia juga kayak bingung gitu jawabnya hahahaha).
Pegang erat- erat ya tiketnya jangan sampai hilang karena setelah berjalan -+ 100mtr kita akan menemukan pos pemeriksaan. Selain pemeriksaan tiket, juga akan diperiksa apakah kita bawa makanan atau kamera. Waktu itu aku Cuma ditanya apakah bawa kamera? Kujawab aja gk. Ni kamera selain kamera hp ya… karena kalo ketahuan bisa didenda 1000k, kalopun izin bawa kamera juga akan dikenakan biaya 1000k( untung ja aku dah searching, padahal niatnya mau bawa kamera hihi). Oh ya waktu itu temenku bawa makanan, tapi karena gak ditanya ya udah :D. disini ada larangan membawa makanan, kamera maupun binatang ternak.
Menurutku viewnya biasa aja, Cuma lumayan kecelah kalo dah masuk kamera( walaupun Cuma kamera hp). Kita nyampe sana pas duhur, jadi sepi banget, ntah karena orang males keluar siang- siang atau kitanya yang rajin. Nongkrong sebentar sambil makan siang terus jalan aja deh ikuti jalan sambil cekrek- cekrek  apa yang bisa di foto. Sepanjang jalan diatas rawa ditengah pepohonan mangrove kita hanya papas an dengan satu dua orang, hingga kita menemukan menara pandang burung( ntah kenapa disebut menara burung, gak terlalu tinggi sih, viewnya juga biasa, peace...).
Jalan lagi dan menemukan jembatan gantung, cekrek- cekrek( emang kayaknya ni jembatan di sediakan untuk org jaman now bgt, coz jembatannya gak menghubungkan apapaun, jadi mpe ujung jembatan balik lagi hahaha). Bingung mau kemana karena emang gak liat manusia, hingga ada petugas patroli dan Tanya ada apa aja? Eh..emang ini khusus hutan mangrove, jadi kemana pun kaki melangkah akan menemukan mangrove. Berjalan… hingga menemukan beberapa pekerja ( ntah mau dibangun apa) dan menyarankan kita terus jalan karena diujung akan kelihatan pulau D dan jembatan penghubungnya( ni pulau reklamasi awal sebelum muncul pulau- pulau lain yang dilarang). Menelusuri jalan setapak yang ditumbuhi rumput, dan sampah yang menumpuk dimana- mana( aku sih husnudzon nya ni sampah bawaan dari sungai Jakarta, hahaha) hingga kembali kejalan yang tadi,
Toiletnya kurang diperhatikan, tapi unik sih karena toiletnya diatas air, terbuat dari kayu( kayaknya semua bangunan disini terbuat dari kayu) dan semua toilet disini tidak berbayar. Lalu sholat di Mushola( nah diarea dekat mushola baru kita temui homestay, ruang pertemuan, arena bermain dan outbond). Dan kita akan melihat dermaga tempat penyewaan kapal dan kano( menurutku biayanya lumayan mahal, ni bayar lagi y…). kantin, kandang monyet dan monyetnya bisa keluar gak dikrangkeng dan diikat ngeri juga sih hahah.
Sambil nunggu adzan ashar kita pun I’tikaf sebentar dimasjid yang luas dan asri berada diatas rawa. Sholat ashar jama’ah dan pulang… naik busway dari sebrang budha tzu chi( lalinnya teratur dan bersih serasa di LN :P). nah rute buswaynya berbeda dengan waktu berangkat, karena gak lewat hakte penjaringan, jadi kita harus jalan- jalan dulu mpe kota tua, dan transit di harmoni. Dari harmoni daripada harus ke dukuh atas, yang pasti rame dan capek pindah halte serta harus merasakan macet di kuningan, akhirnya kita turun di monas dan melanjutkan perjalanan kearah ragunan via tendean. See u in next trip . 

Wisata Murah Meriah di Kebun Raya Bogor




Libur semester diperpanjang hingga sepekan, persediaan uang menipis, namun kalo Cuma mager ja kayaknya gak banget deh… selain bête juga pasti aka nada imbasnya ke semester berikutnya, *eh apa coba nyambungnya, hehehe… intinya aku masih pengen jalan- jalan lah :D.
Hari Senin aku kontak beberapa temen dan share pengumuman di WA buat nemenin ke Kebun Raya Bogor (KRB), tapi yang bisa hanya 1, ya sudahlah…berdua saja denganmu. Keesokan harinya Selasa, 23 Januari 2018 jam 7 aku janjian meet up ma temen di stasiun Pasar Minggu, jadi kita naik kereta karena selain efektif juga efisien biayanya pun murah Cuma 5000 rp dah sampai stasiun Bogor kota dengan memakan waktu -+ 45 menit. Keluar stasiun kearah tempat mangkalnya angkot gak perlu naik JPO, kalo masih bingung mending Tanya orang aja deh daripada nyasar, hehehe…
Akan kita dapati banyak angkot warna hijau dengan nomornya masing- masing, nah kita pilih nomor 03 atau 02, kalo naik 03 kita akan diturunkan di gate 3, sedang kalo naik 02 kita bisa turun di gate utama. Tapi kalo saran aku sih mending kita masuk via gate 3 karena akan ada banyak tempat yang akan kita kunjungi yang belom tentu bisa kita kunjungi kalo kita masuk via gate 1 secara luasnya aja 87 Ha
Didepan gerbang kita akan diperiksa sama paspampres, kok bisa?? Emang ada presiden ya?? Iyalah ada kan ni Kebun sampingan ma Istana Presiden Bogor. Setelah itu kita akan dapati loket tiket, untuk wisatawan local macam saya sih cukup merogoh kocek 14 rb, termasuk murah sih menurutku, karena didalamnya kita akan disuguhi pemandangan yang memukau.
Disini kita gak akan tersesat kok, karena dimana- mana akan kita dapati peta dan papan penunjuk arah, jadi y… jalan aja lah ikuti suasana hati, cie… ternyata ni kebun raya usianya sudah 2 abad ( 1817-2017) wow..dari jaman pejajahan, dan kebun raya ini memang didirikan oleh Reinwardt yang berkebangsaaan Jerman( akan kita temukan tugunya disini).
Menelusuri jalan, taman, airm mancur, tugu entah namanya apa, suasananya adem banget hingga kita menemukan taman Mexiko, ditaman ini kan kita temui tumbuhan khas daerah kering seperti kaktus tamannya dibuat seperti tandus, padahal ini kan terletak dikota hujan. Disini juga ada patung musisi khas Mexico.
Menelusuri jalan hingga menemukan gate utama, digate utama ini dibedakan antara jalur pejalan kaki dan kendaraan, untuk jalur khusus pejalan kaki kita naik ke lantai 2 bangunan yang mana lantai 1 digunakan untuk kantin. Berjalan sebentar dari pintu utama ini kita menemukan
Monumen Laddy raffles yang didirikan oleh Sir Thomas Stamford Raffles, seorang Letnan Gubernur Inggris di Pulau Jawa ( 1811-1816) sebagai kenanagn kepada istrinya Olivi Mariamne Raffles yang meninggal aoda tahun 1814 pada usia 43 tahun karena malaria. Sebait kata- kata puitis klasik yang ditemukan di tugu ini adalah tulisan Olivia sendiri.
Disamping tugu ini kita akan mendapati salah satu situs menarik yaitu danau Gintung, dari danau ini kita bisa nongkrong sambil memandang istana Presiden Bogor. Nah tepat didanau ini sebrang istana presiden kita dapati prasasti Georg Karl Reinwardt ahli botani Jerman pendiri KRB.
Kemudian kita menelusuri jalan menuju makam Belanda, apa istimewanya makam?? Walaupun lumayan mistis karena makam ini dikelilingi oleh pohon bamboo yang lebat sampai terasa agak gelap, eh.. apa karena emang gi mendung y… hehe.. tapi disini adalah makam orang- orang penting dan nisan yang ukirannya unik, maaf untuk yang makam ni aku gak berani take pict, cz dah ngeri duluan mbayangin noni- noni di film horror, hahaha…
Berjalan tak terlalu jauh akan kita dapati taman Teijsmann yang diangun pada tahun 1884 oleh Melchior Treub sebagai bentuk penghargaan kepada Johannes Elias Teijsmann atas jasanya dalam mengembangkan dan merekolasi koleksi tanaman di KRB. Taman ini dibuat dengan mengikuti pola taman formal berupa kumpulan tanaman yang ditata secara simetris seperti di Negara- Negara Eropa dan ditengahnya ada tugu peringatan bagi Teijsmann yang terbuat dari batu granit yang khusus didatangkan dari Berlin Jerman. Karena saat disini hujan turun, jadi kita gak lama- lama nongkrong ditaman ini.
Sambil menuju pintu utama kita mampir ke museum zoology, masuk ke museum ini kita sudah tidak dibebankan dengan biaya lagi , sudah termasuk paket tiket masuk yang 14rb tadi, makanya tadi aku bilang murah karena kalo ditempat lain masuk museum tu bayar lagi. Apalagi musiumnya bagus dengan koleksi berbagai jenis satwa yang diawetkan. Salah satu koleksi yang paling menarik di musium ini adalah sebuah kerangka tulang utuh dari makhluk terbesar didunia yaitu paus biru( blue whale).
Dari sini kita menemukan laboratorium Treub, tapi sayang kita tidak bisa masuk karena emang tidak dibuka untuk umum. Nama laboratorium yang memiliki arsitektur tua ala Eropa jaman old ini diambil dari nama salah satu direktur di KRB yaitu MelchiornTreub yang merupakan ahli botani pendiri Buitenzorg Landbouw hogeschool yang merupakan cikal bakal ITB.
Sebelum pulang kita sempatkan mampir ke garden shop, satu- satunya toko yang menjual cinderamata KRB dan tanaman hias. Pas mau pulang… eh hujan padahal kita dah diluar gerbang, nyari makan bingung juga mau makan dimana, akhirnya kita inisiatif makan dikantin yang ada didalam komplek KRB,
tapi… kira- kira boleh gak y kita masuk lagi?? Kan dah keluar. Eh,, ternyata boleh, dan makanlah kita di kantin KRB yang asri sambil menyantap kwetiau dan menikmati hujan samabil nyeruput the hangat yang disediakan Cuma- Cuma bagi pengunjung… wah… nikmatnya hidup… yang belum sholat don’t worry.. disini ada mushola dan toilet kok..
Itulah petualangan kita selama sehari di KRB, waktunya balik… good bye KRb see u next time.. pokoknya suatu saat aku mau ke KRB lagi… oh ya ada momen yang menarik saat kita di KRB, gempa…. Inget gak??? 

Kamis, 11 Januari 2018

Goes to Tidung Island



Hai sobat… #catatanfyin kembali lagi dengan petualangan barunya ke luar jawa, wow… kemana?? Pulau Tidung kepulauan seribu. Yups walaupun kepulauan ini termasuk wilayah provinsi DKI Jakarta, namun suasananya kontras sekali dengan hingar bingar khas Ibukota Negara. Pulau yang indah dengan pantai yang menawan serta penduduk yang ramah, sunyi sepi khas daerah kepulauan.
Untuk newbie kayak saya yang kepengen wisata kesana, langkah awal cari koneksi, info tanya sana-sini about trip to kepulauan seribu. Yups dapat info travel dari seorang kawan langsung dihubungkan dengan travelnya. Dan harus ada kawan antara 7-10, sekali lagi saya harus cari kawan yang sevisi dan misi dalam hal jalan- jalan hahaha… kalo untuk japri satu- satu or ngomong tatap muka agak susah juga karena posisi saya sedang UAS ( ya Allah ampuni aku yang sudah memikirkan jalan- jalan padahal ujian belom kelar :D). Akhirnya saya memanfaatkan medsos WA, kenapa pilih WA?? Karena jaringan pertemanan di WA terbatas orang yang kita kenal ja. Share announcement at group’s yang ada dan bom status hahaha…

Jeng jeng jeng… dapatlah 10 orang( sebenarnya banyak yang mau ikut, tapi keburu pada beli tiket mudik sih) booking dan kirim uang DP dapat rundown. Buat grup wa… diskusi… dan... tibalah H-1 keberangkatan 7 Januari 2018, tiba- tiba dapat kabar dari travel kalo di muara Angke sedang ada aksi mogok dari awak kapal tradisional, jadi semua keberangkatan dari Angke off, dan kita disaranin untuk berangkat weekendnya atau tetap berangkat sesuai rencana tapi via Marina beach by speedboat dengan biaya tambahan @orang 250k. oh no!! semua dah direncanakan bahkan ada yang sampai cuti kerja. Akhirnya dari pihak travel menyarankan via pelabuhan Rawasaban Tangerang… amboiii… baru dengar awak, bahkan kawan yang suka traveling ja baru dengar. Searching sana- sini( karena kalo Tanya sana- sini gak da yang tau pula). Dapat beberapa alternative perjalanan dan kita memutuskan by train sambung Gr*b.

Keesokan harinya, kita sepakat untuk sampai di stasiun pasar minggu jam 6 tepat, Alhamdulillah semua dah berkumpul dan naik kereta jurusan Duri disambung kereta destinasi Tangerang. ( sebenarnya kita yang pake THB- tiket harian berjaminan- dah pesan tiket jurusan Poris station, tapi setelah diliat di Gr*b ternyata menuju pelabuhan lebih murah kalo dari Tangerang station, hamdanlillah hari itu mulai diberlakukan penyelarasan tarif, jadi saat kita berhenti di stasiun yang letaknya lebih jauh dari tiket tujuan kita, kita hanya dikenakan tambahan biaya tanpa denda).
Sampai di Rawasaban 15 menit lebih awal dari waktu yang teah disepakati dengan pihak travel, sempet berteduh sebentar sebelum kita naik kapal( jangan dibayangin pelabuhan yang indah kayak di tipi- tipi ya,..hehe karena Rawasaban adalah pelabuhan untuk angkut barang sebenarnya). Masuk kapal dan beberapa orang masih angkut barang yang akan dibawa ke Tidung, heran juga liat pisang, kelapa, sayur-mayur ikut diangkut juga, emang disana gak da yang nanam apa???

Kapal baru meninggalkan pelabuhan pukul 11:30, jadi selama 1,5 jam kita sauna dulu didalam kapal, hehehe. Tepat pukul 13:00 kita sampai in Tidung, perlu diketahui perjalanan dari Rawasaban relative lebih singkat dibandingkan kalo lewat Angke yang harus memakan waktu tempuh kurleb 3 jam.
Kita keluar dari pelabuhan dan melewati jalan setapak terbuat dari paving( dalam hati: dimana ya..jalan beraspalnya) menuju tempat penyewaan sepeda, sambil sepedaan kita menuju homestay. Mantaaabbb homestaynya nyaman bgt, satu rumah ber ac buat kita ber-10 pas depan pantai( serasa di film full house, hehe), sholat, makan, eh.., airnya asin.

Jam 3 guide dan ngajak kita snorkeling, yes yes yes… menyelam, kembali bersepeda( homestay kita terletak diujung barat pulau sedang tempat snorkeling berada di ujung timur, jadi anggap saja kita sudah menjelajah seluruh pulau, heheh, dari sini baru kutemukan jawabannya, karena luas pulau tidung Cuma 109 ha *Wikipedia dan memanjang, jadi kalo dipantai, sebrang pantai pun bisa kita lihat dengan jelas, dan hampir semua dataran pulau adalah pasir putih, jadi wajar saja kalo tidak ada lahan pertanian; makanya harus ambil kelapa, sayur- mayor, pisang dari jawa, dan airnya asin serta gak ada jalan aspal serta gak ada mobil, Cuma ada becak motor dan motor). Tempat untuk snorkeling dekat dengan jembatan cinta – icon wisata pulau Tidung-, selama perjalanan kita melewati beberapa fasilitas umum, SMK, MA, masjid, kantor polisi, puskesmas 24 jam , kantor kelurahan, dan balai penelitian biota laut. 
Semangat sekali kita mau snorkeling, padahal waktu mau turun ke laut ja takut- takut, hahah… ditambah gak bisa berenang serta dah terbiasa hidup didarat dan bernafas dengan hidung, jadi saat disuruh pake kacamata renang dan bernafas dengan mulut pun susah hahah. Aku bisa menyelam ke bawah pun ambil tahan nafas( efek waktu kecil suka tantangan ma adek lama- lamaan masukin kepala kedalam air, heheh ada manfaatnya juga). Masya Allah sungguh indah ciptaanMu.
Jadi saran saya sebelum memutuskan untuk wisata bahari mending latihan renang dulu deh, kurang seru tau kalo gak bisa renang, gak nyampe sejam kayaknya kita dilaut, itu pun telinga hidung, mulut dah kenyang minum air laut ditambah kaki lecet- lecet kena karang :D. foto- foto khas anak jaman now lah, jalan- jalan di jembatan cinta dalam keadaan baju basah, hahaha. Belom nyampe pulau tidung kecil kita dah balik lagi, capek jalan hehe karena sepedanya diparkir diluar.
Pulang ..dan diperjalanan pulang liat matahari hampir terbenam, mau nungguin dan capek pengen cepet- cepet mandi. Mandi makan sholat bakar- bakar ikan dipinggir pantai sambil menikmati langit malam dan ngitungi bintang dilangit tidur…


Paginya kita sholat subuh, beres- beres( what??? Ya.. kita harus beberes sekarang, karena jam 7 kapal berangkat dari pelabuhan menuju rawasaban, jadi kapalnya sehari Cuma sekali berangkat ke Tangerangnya) sepedaan deh, niatnya kita mau ke pulau Tidung kecil, tapi qodarullah ditengah jalan hujan lebat dan bertedeuh sejenak. Jam 6 kurang hujan baru reda, lanjut dah perjalanan walaupun ditemani mendungnya langit dan gerimis kecil tak menghalangi kita untuk take photo, oopss. Mau naikin sepeda ngelewati tangga dijembatan berat juga, ditambah waktu yang terus mengejar kita. Akhirnya pupus keinginan untuk menuju small tidung island, padahal disana ada penangkaran penyu. Aku pun menuju tanjungan timur merenung sejenak trus pulang ke homestay, ditengah jalan..lho kok guide dan rombonganku dah pada bersepeda siap cabut dari pulau, OMG barang- barangku… ternyata dah dibawain semua, hehe,, thank you so much my friends. Hpku gi aku cas, jadi gak kubawa, setelah kubuka dan banyak miscal dan sms dari guide nyariin aku, takut aku ketinggalan, hehehe.. I’m so sorry abang guide thanks dah membersamai kita selama 24 hours in Tidung Island, lupa gak Tanya namanya… sepedanya ja gak sempet kita balikin, sama guidenya suruh naruh ja diparkiran pelabuhan, ya Allah.. kasihan abangnya ngembaliin sepeda sebanyak itu sendiri. Naik kapal… dan gak berselang lama kapalnya meninggalkan pelabuhan,,, good bye… see u again in our next trip. Doain banyak rezeki dan waktu buat travelling . Aaamiiin.