Nama resmi dari objek wisata ini
sebenarnya adalah “Taman Wisata Alam ( TWA) Mangrove Angke Kapuk” tapi lebih
dikenalnyanya dengan hutan mangrove. Jadi saat kita menuju kesana dengan armada
Trans Jakarta kita bilang ke petugasnya “ kalo ke mangrove rutenya gimana
?”.
Yups kita berangkat Jumat, 26
Januari 2018 dari pasar minggu via busway, kenapa kita milih busway?? Karena
lebih mudah dibandingkan naik motor. Dari halte Jatipadang kita ambil busway
arah kuningan kemudian transit di kuningan Timur, dari kuningan timur nyebrang
ke Kuningan Barat tunggu bus arah Pluit lalu turun di halte penjaringan, di
Penjaringan naik bus kearah PIK ( Pantai Indah Kapuk).
Anah di bus ini Tanya ja
ma petugasnya mau turun di mangrove nanti kita akan diturunin di halte “Budha
tzu chi”. What.. dimana tu? Indonesia? Iya ini masih Indonesia. Kita akan
diturunin di depan komplek yayasan Budha tzu chi Indonesia, dari sini kita
berjalan mengitari komplek ini karena pintu masuk TWA mangrove tepat di
belakang bangunan. Lumayan juga kalo jalan, tapi dengan view bangunan yang
amazing boleh lah kita numpang foto- foto, waktu aku share foto aja mpe ada
yang kira aku diluar negri hahah… sebenarnya ada sih angkot bayar 2k, tapi
menurutku dari pada naik nunggu angkot mending jalan deh…
Masuk gate kita akan menemukan
loket pembelian tiket, untuk wisatawan local macam saya cukup merogoh kocek
25k( menurutku sih mahal). Nah kita akan dikasih 2 tiket, 5k buat masuk 20k
buat paket wisata( tulisannya sih paket outbond, tapi saat masuk Cuma ada
tempat outbond untuk anak dibawah 12thn itupun terbatas gak banyak, pas tak
tanyakan ke petugas dia juga kayak bingung gitu jawabnya hahahaha).
Pegang erat- erat ya tiketnya
jangan sampai hilang karena setelah berjalan -+ 100mtr kita akan menemukan pos
pemeriksaan. Selain pemeriksaan tiket, juga akan diperiksa apakah kita bawa
makanan atau kamera. Waktu itu aku Cuma ditanya apakah bawa kamera? Kujawab aja
gk. Ni kamera selain kamera hp ya… karena kalo ketahuan bisa didenda 1000k,
kalopun izin bawa kamera juga akan dikenakan biaya 1000k( untung ja aku dah
searching, padahal niatnya mau bawa kamera hihi). Oh ya waktu itu temenku bawa
makanan, tapi karena gak ditanya ya udah :D. disini ada larangan membawa
makanan, kamera maupun binatang ternak.
Menurutku viewnya biasa aja, Cuma
lumayan kecelah kalo dah masuk kamera( walaupun Cuma kamera hp). Kita nyampe
sana pas duhur, jadi sepi banget, ntah karena orang males keluar siang- siang
atau kitanya yang rajin. Nongkrong sebentar sambil makan siang terus jalan aja
deh ikuti jalan sambil cekrek- cekrek
apa yang bisa di foto. Sepanjang jalan diatas rawa ditengah pepohonan
mangrove kita hanya papas an dengan satu dua orang, hingga kita menemukan menara
pandang burung( ntah kenapa disebut menara burung, gak terlalu tinggi sih,
viewnya juga biasa, peace...).
Jalan lagi dan menemukan jembatan
gantung, cekrek- cekrek( emang kayaknya ni jembatan di sediakan untuk org jaman
now bgt, coz jembatannya gak menghubungkan apapaun, jadi mpe ujung jembatan
balik lagi hahaha). Bingung mau kemana karena emang gak liat manusia, hingga
ada petugas patroli dan Tanya ada apa aja? Eh..emang ini khusus hutan mangrove,
jadi kemana pun kaki melangkah akan menemukan mangrove. Berjalan… hingga
menemukan beberapa pekerja ( ntah mau dibangun apa) dan menyarankan kita terus
jalan karena diujung akan kelihatan pulau D dan jembatan penghubungnya( ni
pulau reklamasi awal sebelum muncul pulau- pulau lain yang dilarang).
Menelusuri jalan setapak yang ditumbuhi rumput, dan sampah yang menumpuk
dimana- mana( aku sih husnudzon nya ni sampah bawaan dari sungai Jakarta,
hahaha) hingga kembali kejalan yang tadi,
Toiletnya kurang diperhatikan,
tapi unik sih karena toiletnya diatas air, terbuat dari kayu( kayaknya semua
bangunan disini terbuat dari kayu) dan semua toilet disini tidak berbayar. Lalu
sholat di Mushola( nah diarea dekat mushola baru kita temui homestay, ruang
pertemuan, arena bermain dan outbond). Dan kita akan melihat dermaga tempat
penyewaan kapal dan kano( menurutku biayanya lumayan mahal, ni bayar lagi y…).
kantin, kandang monyet dan monyetnya bisa keluar gak dikrangkeng dan diikat
ngeri juga sih hahah.
Sambil nunggu adzan ashar kita
pun I’tikaf sebentar dimasjid yang luas dan asri berada diatas rawa. Sholat
ashar jama’ah dan pulang… naik busway dari sebrang budha tzu chi( lalinnya
teratur dan bersih serasa di LN :P). nah rute buswaynya berbeda dengan waktu
berangkat, karena gak lewat hakte penjaringan, jadi kita harus jalan- jalan
dulu mpe kota tua, dan transit di harmoni. Dari harmoni daripada harus ke dukuh
atas, yang pasti rame dan capek pindah halte serta harus merasakan macet di
kuningan, akhirnya kita turun di monas dan melanjutkan perjalanan kearah
ragunan via tendean. See u in next trip .