* diterjemahkan secara bebas dari muhadhoroh syaikh Nabil- hafidhohullah-
Ketika turun
izin untuk berperang, maka Nabi SAW mulai mempelajari semua strategi perang,
dari Madinah ke Mekah, dan dari Makah ke perniagaannya di Syam. Dan mulai
mengirim pasukan perang, pada tahun pertama mengutus pasukan yang dipimpin oleh
Hamzah bin Abdul Mutholib Singa Allah dan Rasul-Nya kepada kafilah dagang yang
didalamnya ada Abu Jahal, tetapi tidak terjadi perang diantara keduanya. Begitu
juga mengirim pasukan yang dipimpin oleh Ubaidah bin Harits pada akhir bulan
Rajab ke daerah yang bernama Nahlah. kepada
pasukan perang yang didalamnya ada Ubaidillah bin Jahsy , para sahabat berbeda
pendapat, apakah akan memerangi mereka atau tidak, karena ini adalah akhir
bulan Rajab dan bulan Rajab adalah bulan Haram. Sebagian berpendapat mungkin
telah berakhir bulan Rajab dan masuk bulan selanjutnya, dan yang lainnya
berpendapat, mungkin bulan digenapkan menjadi 30 hari. Jika kita meninggalkan
untuk berperang hari ini, maka mereka akan lari dari kita, tapi jika kita
memerangi mereka maka kita akan berperang pada bulan Haram. Maka ditetapkanlah
keputusan bahwa mereka akan berperang, dan terjadilah perang. Terbunuhlah seorang
musyrikin dan menawan 2 orang, orang-
orang musyrikin mendengar hal ini, dan mereka berkata bahwa Muhammad tidak
memperhatikan bulan Haram, ia tidak mensucikannya dan tidak pula mengharamkan
perang didalamnya.
“ mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan
Haram. Katakanlah: "Berperang dalam bulan itu adalah dosa besar” – Al-
Baqoroh: 217-
Benar kami bersepakat dengan kalian bahwa berperang pada
bulan haram adalah dilarang, tapi apakah yang kalian lakukan adalah halal? Dari
menghalangi manusia dari jalan Allah, mengusir manusia dari rumah Allah,
menghalangi mereka dari thowaf di ka’bah. Jika berperang adalah haram, maka
bagaimana dengan kafir kepada Allah, mengharuskan orang lain untuk mengingkari
Allah, bukankah hal ini lebih besar dari pada berperang pada bulan Haram?
“ Fitnah lebih besar dari pembunuhan” , yaitu fitnah manusia
terhadap agamanya lebih besar daripada membunuh mereka. Kemudian Nabi
membebaskan tawanan dan memberikan diyat kepada orang yang terbunuh, dan
mulailah diutus pasukan- pasukan perang, maka Allah menurunkan ayat:
“ dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi
kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang melampaui batas” – Al- Baqoroh: 190 -
Maka mulailah turun ayat- ayat yang berhubungan dengan
perang, adapun kaum munafik yang berpaling dari barisan jihad, yang menampakkan
keimanan pada awalnya tidak mengira bahwa ayat memerintahkan kepada hal yang
berhubungan dengan perang, pertumpahan darah, dan pedang. Mereka mengira bahwa
islam hanya puasa, dan sholat, tetapi ketika turun ayat perang
“Maka apabila diturunkan suatu surat yang jelas Maksudnya dan
disebutkan di dalamnya (perintah) perang, kamu Lihat orang-orang yang ada
penyakit di dalam hatinya memandang kepadamu seperti pandangan orang yang
pingsan karena takut mati, dan kecelakaanlah bagi mereka” – Muhammad: 20-
Mereka mengira bahwa kematian turun kepada mereka, dan
terdengarlah kabar kepada orang- orang musyrik dan mereka tahu bahwa ada
kekuatan baru di semenanjung Arab.
Kiblat Nabi SAW dan para sahabatnya pada saat itu adalah
Baitul Maqdis, dan Nabi pun melihat ke langit, berharap agar kiblat pindah ke
rumah yang dibangun oleh bapaknya – Ibrahim – sejak ribuan tahun silam. Akan
tetapi Allah belum mengizinkannya, hingga datang bulan Sya’ban pada tahun ke- 2
Hijriah, Allah menurunkan ayat:
“ sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit,
Maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah
mukamu ke arah Masjidil Haram. dan dimana saja kamu berada, Palingkanlah mukamu
ke arahnya. dan Sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al
kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram
itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa
yang mereka kerjakan.”- Al- Baqoroh: 144-
Berbahagialah Nabi SAW dengan perpindahan arah kiblat ini,
dari Baitul Maqdis ke Ka’bah yang dimuliakan Allah, hingga para Sahabat sedang
sholat, tiba- tiba datanglah seseorang yang mengabarkan bahwa arah kiblat telah
berpindah ke Ka’bah, maka tanpa ragu mereka langsung mengubah arah sholat
mereka.
Disini mulailah orang- orang munafik dan yahudi ragu akan
urusan orang mukmin, mereka mengatakan: “ Bagaimana ini, mereka sholat beberapa
tahun menghadap Baitul Maqdis, namun tiba- tiba mereka berpaling ke Ka’bah? Ini
adalah sebuah gurauan dan permainan dalam urusan agama. Jika saat itu mereka
dalam kebenaran, maka sekarang mereka dalam kesalahan, namun jika saat ini
mereka dalam kebenaran, maka dahulu mereka dalam kesalahan. Mereka mulai
menyebarkan keraguan ini kepada manusia, dan Allah memberi mereka julukan
sebagai orang bodoh :
“ orang-orang yang kurang akalnya diantara manusia akan
berkata: "Apakah yang memalingkan mereka (umat Islam) dari kiblatnya
(Baitul Maqdis) yang dahulu mereka telah berkiblat kepadanya?" Katakanlah:
"Kepunyaan Allah-lah timur dan barat; Dia memberi petunjuk kepada siapa
yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus”. – Al – Baqoroh: 142-
Jawaban untuk mereka adalah bahwa kiblat pertama kepunyaan
Allah dan kiblat kedua pun milik Allah. Perpindahan ini merupakan ujian bagi
orang- orang mukmin,hingga dketahuilah siapakah diantara mereka yang mengikuti
Rosul SAW, dan siapakah yang berpaling.
“ dan Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu
(sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti
Rasul dan siapa yang membelot. dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa Amat
berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah; dan
Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang kepada manusia.”- Al- Baqoroh: 143-
Sebagian sahabat datang kepada Rosulullah dan mengatakan
bahwa sebagian saudara kami sholat menghadap Baitul Maqdis dan mereka meninggal
sebelum sholat mengahadap Ka’bah, bagaimanakah hukum sholatnya? Allah
menamakannya dengan Iman, tidaklah ada perbedaan antara sholat mereka menghadap
Baitul Maqdis sebelum perubahan ataupun menghadap kiblat.
Penetapan hukum pada bulan Sya’ban tahun kedua hijriah adalah
perpindahan kiblat dari Baitul Maqdis ke Ka’bah.
Nabi SAW mengetahui bahwa ada kafilah dagang yang keluar daei
Makah menuju ke Syam, dan beliau mengetahui bahwa kafilah dagang ini akan
kembali dengan membawa lebih dari 1000 unta lengkap dengan barang bawaannya,
yang mana didalamnya ada Abu syufyan bin Harb. Nabi mengabarkan kepada para
sahabatnya akan hal ini, dan menyuruh mereka menghadang kafilah dagang, karena
didalamnya ada harta kaum Quroisy, harta mereka yang yang diambil oleh kaum
Quroisy. Maka sahabat pun keluar untuk menghadang dengan membawa beberapa
senjata, mereka tidak mengira bahwa akan terjadi perang, karena ini hanyalah
kafilah dagang, jumlah mereka hanya 310 sekian orang saja sebagian besar mereka
adalah penunggang kuda, Zubair bin Awwam dan Miqdad bin Aswad, dan sebagian
mereka tetap tinggal di Madinah. Nabi Saw memberikan bendera kepada Mush’ab bin
Umair, dan pasukan dibagi menjadi 2, Muhajirin dan Anshor. Adapun Muhajirin
didalamnya ada Ali bin Abi Tholib ra, dan Anshor ada Sa’ad bin Mu’adz ra. Abu
Syufyan mengetahui akan hal ini, maka ia pun langsung mengutus utusan ke Makah,
mengabarkan bahwa harta benda akan diambil paksa, Nabi dan para sahabat
tidaklah mengira akan terjadi hal ini. Datanglah seorang utusan kepada mereka
bernama Bambam Al- Ghifari mengabarkan kepada kaum Quroisy bahwa harta mereka yang ada pada
Abu Syufyan akan disita oleh Muhammad. Maka orang- orang Makah pun langsung
mempersiapkan senjata mereka untuk berperang. Mereka mengatakan: “ akankah
Muhammad dan para sahabatnya akan menjadi Ka’ir bin Al- Hadromy? Apakah dengan mudah ia dan para
sahabatnya akan mengambil harta kami? Sekali- kali tidak! Maka orang Quroisy
mempersiapkan pasukan besar yang terdiri dari 1300 orang, semua pemuka Quroisy
keluar untuk berperang kecuali Abu Lahab karena sebuah udzur dan ia pun
mengutus seseorang untuk menggantikannya. Umayah bin Kholaf pun ingin tidak
ikut perang, tapi datanglah sahabatnya Uqbah bin Abi Mu’ith dan mengatakan
kepadanya untuk memakai pakaian wanita dan berhias. Umayah menjawab: “ mengapa
engkau berkata ini?” Uqbah pun berkata:” tidak ada yang tidak ikut berperang
kecuali wanita”. Maka Umayah pun menyiapkan dirinya untuk berperang.
Datanglah iblis dalam bentuk Suroqoh bin Malik dan
mengatakan: wahai manusia pada hari ini kalian akan menang, aku datang dari
Kinanah tetangga kalian”, maka mulailah ia menyemangati manusia untuk berperang
“ dan ketika syaitan menjadikan mereka memandang baik
pekerjaan mereka dan mengatakan: "tidak ada seorang manusiapun yang dapat
menang terhadapmu pada hari ini, dan Sesungguhnya saya ini adalah
pelindungmu". Maka tatkala kedua pasukan itu telah dapat saling Lihat
melihat (berhadapan), syaitan itu balik ke belakang seraya berkata:
"Sesungguhnya saya berlepas diri daripada kamu, Sesungguhnya saya dapat
melihat apa yang kamu sekalian tidak dapat melihat; Sesungguhnya saya takut
kepada Allah". dan Allah sangat keras siksa-Nya.”- Al- Anfal: 48-
Maka orang- orang pun mulai mempersiapkan segala sesuatu
untuk berperang, Abu Syufyan mengutus seseorang untuk memeriksa jalan, dan
diketahui bahwa jalan utama telah dihadang oleh Muhammad SAW dan para sahabatnya.
Maka Abu Syufyan pun memilih jalan lain, untuk menyelamatkan harta benda;
karena 1000 unta hanya dijaga oleh 40 orang. Dituslah seorang utusan ke Makah
dan mengabarkan bahwa pasukan Muhammad tidak menemukan mereka. Padahal orang
Quroisy telah mempersiapkan 1300 pasukan dengan persenjataan yang lengkap, maka
mereka memutuskan untuk kembali, iblis tidak tinggal diam, dia menyemangati
orang- orang agar kembali berperang, karena ini adalah sebuah kesempatan emas
mereka bisa mengalahkan Muhammad. Berdirilah Abu Jahal dan berkhutbah bahwa
mereka tidak akan kembali, mereka akan pergi ke Badr, bermalam disana selama 3
malam, berpesta dengan menyembelih unta, dan meminum khamr, dan makan- makan.
“ dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang keluar
dari kampungnya dengan rasa angkuh dan dengan maksud riya' kepada manusia serta
menghalangi (orang) dari jalan Allah. dan (ilmu) Allah meliputi apa yang mereka kerjakan.” – Al- Anfal: 47-
Adapun Akhlis bin Syuroih pemuka kaum Bani Zuhroh mundur dari
peperangan dan mundur bersamanya pula 300 orang, maka tersisalah 1000 orang
pergi kearah Badr.
Maka pasukan kaum muslimin pun bergerak menuju Badr, padahal
mereka hanya ingin mengahadang kafilah dagang Abu Syufyan, akan tetapi mereka
harus berhadapan dengan pasukan Abu Jahal, dan mereka pun tidak ada persiapan
sama sekali untuk berperang. Nabi SAW dalam kebingungan, jika kembali ke
Madinah mereka akan menyerang mereka, adapun jika mengahadapi, mereka belum ada
persiapan sama sekali.
“ sebagaimana Tuhanmu menyuruhmu pergi dan rumahmu dengan
kebenaran, Padahal Sesungguhnya sebagian dari orang-orang yang beriman itu
tidak menyukainya, mereka membantahmu tentang kebenaran sesudah nyata (bahwa
mereka pasti menang), seolah-olah mereka dihalau kepada kematian, sedang mereka
melihat (sebab-sebab kematian itu).” – Al- Anfal: 5-6-
Berdirilah Abu Bakar dan berkata dengan perkataan yang
menenangkan, berdiri pula Umar bin Khotob dan berkata dengan perkataan yang
menenangkan, berdiri pula Miqdad bin Amr dan berkata: “ Wahai Nabi kami tidak
akan mengatakan apa yang dikatakan pengikut Musa kepada Musa as- pergilah
engkau dan tuhanmu untuk berperang, kami duduk- duduk saja disini-, akan tetapi
kami akan berkata pergilah engkau dan tuhanmu untuk berperang, kami akan
berperang denganmu”. Senanglah Nabi SAW dengan perkataan ini, akan tetapi Nabi
menginginkan pendapat kamu Anshor, karena yang berbicara tadi semuanya dari
Muhajirin, kaum Anshor yang berbaiat kepada Nabi SAW untuk berperang bersama
Nabi di Madinah, dan tidak berbaiat untuk berperang diluar Madinah.
Maka berdirilah Sa’ad bin Mu’adz dan berkata: “ Kami beriman
kepada engkau ya Rosulullah, kami berbaiat kepada engkau untuk beriman, untuk
berperang, maka wajib atas kami untuk mendengarkan dan taat, demi Allah wahai
Rosulullah, andai didepan kami ada lautan, dan engkau menyuruh kami
menyebranginya, maka tidaklah seorangpun dari kami lari darinya”. Sa’ad bin
Mu’adz tidak hanya berbicara mengenai dirinya sendiri, akan tetapi ia juga
berbicara mengenai kaum Anshor secara keseluruhan. Nabi pun merasa senang dan
ia berkata: “ berjalanlah kalian, dan berilah kabar gembira; karena Allah menjanjikan
kepadaku salah satu dari 2 kelompok,
“ dan (ingatlah), ketika Allah menjanjikan kepadamu bahwa
salah satu dari dua golongan (yang kamu hadapi) adalah untukmu, sedang kamu
menginginkan bahwa yang tidak mempunyai kekekuatan senjatalah yang untukmu, dan
Allah menghendaki untuk membenarkan yang benar dengan ayat-ayat-Nya dan
memusnahkan orang-orang kafir agar Allah menetapkan yang hak (Islam) dan
membatalkan yang batil (syirik) walaupun orang-orang yang berdosa (musyrik) itu
tidak menyukainya.”,-
Al- Anfal : 7-