Kamis, 28 Januari 2016

Permulaan Perang dalam Sejarah Islam (2 - Habis )



 Nabi SAW dan pasukannya berjalan menuju Badr, mereka pun berhenti didekat Badr, dan Nabi pun mengatur pasukan, kemudian pergi untuk memeriksa keadaan dengan sahabatnya Abu Bakar ra. Nabi SAW melihat seorang yang sudah tua dari suku badui dan bertanya: “ Wahai laki- laki, beri tahukan kepada kami tentang Quroisy dan pasukan Quroisy, tentang Muhammad dan para sahabatnya”. Laki- laki ini menjawab:” siapakah kalian?”, “ kami tidak akan menjawab sebelum kamu menjawab pertanyaan kami”. Nabi menanyakan tentang diri sendiri dan pasukannya untuk mengelabui karena dalam perang boleh melakukan tipu daya, yangmana laki- laki ini adalah orang yang sangat tahu tentang perjalanan, safar, dan jalan- jalan, ia berkata: “ Aku mengabarkan kepada kalian bahwa kaum Quroisy keluar pada hari ini dan ini, jika orang yang yang mengabarkan kepadaku adalah orang yang jujur, maka mereka sekarang ada di tempat ini dan ini, adapun muhamad dan para sahabatnya keluar pada hari ini dan ini, jika orang yang yang mengabarkan kepadaku adalah orang yang jujur, maka mereka sekarang ada di tempat ini dan ini”. Laki- laki ini pun bertanya: “ siapakah kalian?”, Nabi SAW menjawab : “ kami dari air”, kemudian Nabi meninggalkannya. Laki- laki ini menerka dari air apakah mereka? Apakah mata air Iraq?, sedangkan maksud Nabi SAW adalah air yang diciptakannya manusia darinya; karena setiap manusia tercipta dari air.
Nabi SAW pun kembali ke pasukannya, ketika tiba waktu sore, Nabi SAW mengutus 3 orang untuk menemukan tempat yang cocok, Ali bin Abi Tholib, Sa’ad bin Abi Waqosh, Zubair bin Awwam.  Mereka pun sampai di sumur di Badr, mereka melihat 2 anak kecil sedang minum dari air sumur dan mengambil air, mereka pun bertanya:  siapa kalian? Dan untuk siapa kalian mengambil air?”, kedua anak kecil ini menjawab: “ kami mengambilkan minum untuk pasukan Quroisy”. Maka mereka membawa kedua anak kecil ini kepada Rosulullah dan didapati Rosulullah sedang sholat, mereka pun kembali mengintrogasi kedua anak kecil ini, setiap ditanya dan menjawab kami mengambil air untuk Quroisy, maka dipukullah kedua anak kecil ini. Yang menandakan bahwa mereka tidaklah menginginkan jawaban ini, mereka menginginkan jawaban bahwa kami mengambilkan air untuk Abu Sufyan, mereka masih berharap akan bertemu dengan pasukan Abu Sufyan. Hingga kedua anak ini menjawab bahwa kami memberi minum Abu Sufyan, maka ditinggalkanlah mereka. Ketika Nabi SAW selesai sholat, beliau berkata:” Ada apa dengan kalian, saat kedua anak kecil ini menjawab jujur, kalian memukulinya, akan tetapi saat berbi=ohong kalian membiarkannya”. Nabi SAW pun bertanya kepada kedua anak kecil ini:” dimanakah mereka?”,
“mereka ada dibalik lembah ini pada tempat yang jauh”,
“ ada berapa mereka?”,
“ banyak”,
 “ berapa jumlah mereka?”,
kami tidak tahu”,
“ berapa banyak mereka menyembelih hewan ternak?”
“ pada suatu hari mereka menyembelih 9 unta, dan hari ini mereka menyembelih 10”,
Nabi SAW berkata kepada sahabatnya bahwa jumlah mereka sekitar 900 – 1000 orang, lalu Nabi bertanya kepada kedua anak kecil ini:” siapakah pemuka kaum diantara mereka?”,
“ Utbah dan Syaibah bin Robiah, Umayah bin Kholaf, Abul Bahtary, Hakim bin Hizam, fulan dan fulan”,
Maka Nabi SAW berkata :” wahai sahabatku ketahuilah bahwa kaum Quroisy mengeluarkan jantung hati mereka kepada kalian”.
Sampailah Nabi SAW dan sahabatnya di Badr, berkatalah Khobab bin Mundzir: “ Wahai Rosulullah, inilah tempat yang telah ditentukan oleh Allah, kenapa kita tidak maju atau mundur sekalian? Ataukah ini hanyalah tipu daya? ”,
“ ini hanyalah tipu daya semata”,
Maka Khobab pun mengeluarkan pendapat bahwa mereka harus berada didekat sumur dan menguasainya, sehingga kita bisa meminum darinya dan mereka tidak bisa minum. Tersenyumlah Nabi dan berkata:” sebaik- baik pendapat adalah pendapatmu”, dan beliau pun mengambil pendapat ini.
Datanglah Sa’ad bin Mu’adz dan berkata:” kami akan  buatkan tenda khusus agar engkau bisa beristirahat didalamnya, tempat untuk mengatur strategi perang”, maka Nabi menyetujuinya, mereka bermusyawarah didalamnya. Datanglah seorang pemuda dari Anshor yang mengemukaan pendapat briliantnya; yang mana ia adalah pemimpin perang dan pemimpin umat ini.  Setelah ditetapkan posisi masing- masing pasukan dan dibagi tugas bagi masing- masing pasukan,    
Adapun ditempat lain, kaum Quroisy mempersiapkan pasukan, yangmana posisi mereka sangat dekat dengan pasukan kaum muslimin, mereka berusaha ingin mengambil air dari sumur, akan tetapi tidak bisa, setiap dari mereka mendekat untuk mengambil air dibunuh, kecuali Hakim bin Hizam, karena Allah mentaqdirkan bahwa kelak ia akan amsuk islam. Pasukan Makah melewati malam dalam keadaan ketakutan padahal jumlah mereka yang banyak dan sudah mempersiapkan diri untuk menghadapi perang. Diutuslah salah satu dari mereka Umair untuk melihat keadaan pasukan muslimin, dia mengatakan bahwa jumlah kaum muslimin sekitar 300 orang dan melihat bahwa mereka adalah pasukan yang tidak takut mati, mereka semakin diliputi oleh rasa takut.
Hakim bin Hizam ingin mengundurkan diri dari peperangan, maka ia mendatangi Utbah dan meminta mengabarkan kepada pasukan bahwa mereka akan mundur. Ketika Abu Jahal mendengar hal ini, ia marah dan memutuskan akan tetap memerangi Muhammad karena rasa dengki dalam dirinya, maka ia mendatangi Amir, yang mana saudaranya baru saja terbunuh, dan mengatakan:” ini adalah kesempatan bagimu untuk membalaskan dendam atas kematian saudaramu”. Maka ia pun bersemangat untuk membalaskan dendam atas kematian saudaranya dan menyemangati orang- orang untuk berperang.
Pada malam ke- 17 pada bulan Ramadhan, malam jum’at pada tahun kedua hijriah, dan Nabi SAW pun sholat sepanjang malam, dan Allah menurunkan rasa kantuk kepada pasukan muslimin untuk menenangkan hati mereka, dan Allah menurunkan hujan sebagai rahmat bagi orang mukmin dan adzab bagi orang kafir.
“ (ingatlah), ketika Allah menjadikan kamu mengantuk sebagai suatu penenteraman daripada-Nya, dan Allah menurunkan kepadamu hujan dari langit untuk mensucikan kamu dengan hujan itu dan menghilangkan dari kamu gangguan-gangguan syaitan dan untuk menguatkan hatimu dan memperteguh dengannya telapak kaki(mu)” – Al –Anfal: 11-
Ini adalah malam yang mana paginya adalah perang terbesar dalam sejarah umat ini.

Minggu, 17 Januari 2016

Permulaan Perang dalam Sejarah Islam



* diterjemahkan secara bebas dari muhadhoroh syaikh Nabil- hafidhohullah-
Ketika turun izin untuk berperang, maka Nabi SAW mulai mempelajari semua strategi perang, dari Madinah ke Mekah, dan dari Makah ke perniagaannya di Syam. Dan mulai mengirim pasukan perang, pada tahun pertama mengutus pasukan yang dipimpin oleh Hamzah bin Abdul Mutholib Singa Allah dan Rasul-Nya kepada kafilah dagang yang didalamnya ada Abu Jahal, tetapi tidak terjadi perang diantara keduanya. Begitu juga mengirim pasukan yang dipimpin oleh Ubaidah bin Harits pada akhir bulan Rajab ke daerah yang bernama Nahlah.  kepada pasukan perang yang didalamnya ada Ubaidillah bin Jahsy , para sahabat berbeda pendapat, apakah akan memerangi mereka atau tidak, karena ini adalah akhir bulan Rajab dan bulan Rajab adalah bulan Haram. Sebagian berpendapat mungkin telah berakhir bulan Rajab dan masuk bulan selanjutnya, dan yang lainnya berpendapat, mungkin bulan digenapkan menjadi 30 hari. Jika kita meninggalkan untuk berperang hari ini, maka mereka akan lari dari kita, tapi jika kita memerangi mereka maka kita akan berperang pada bulan Haram. Maka ditetapkanlah keputusan bahwa mereka akan berperang, dan terjadilah perang. Terbunuhlah seorang musyrikin dan menawan 2 orang,  orang- orang musyrikin mendengar hal ini, dan mereka berkata bahwa Muhammad tidak memperhatikan bulan Haram, ia tidak mensucikannya dan tidak pula mengharamkan perang didalamnya.
“ mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan Haram. Katakanlah: "Berperang dalam bulan itu adalah dosa besar” – Al- Baqoroh: 217-
Benar kami bersepakat dengan kalian bahwa berperang pada bulan haram adalah dilarang, tapi apakah yang kalian lakukan adalah halal? Dari menghalangi manusia dari jalan Allah, mengusir manusia dari rumah Allah, menghalangi mereka dari thowaf di ka’bah. Jika berperang adalah haram, maka bagaimana dengan kafir kepada Allah, mengharuskan orang lain untuk mengingkari Allah, bukankah hal ini lebih besar dari pada berperang pada bulan Haram?
“ Fitnah lebih besar dari pembunuhan” , yaitu fitnah manusia terhadap agamanya lebih besar daripada membunuh mereka. Kemudian Nabi membebaskan tawanan dan memberikan diyat kepada orang yang terbunuh, dan mulailah diutus pasukan- pasukan perang, maka Allah menurunkan ayat:
“ dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas” – Al- Baqoroh: 190 -
Maka mulailah turun ayat- ayat yang berhubungan dengan perang, adapun kaum munafik yang berpaling dari barisan jihad, yang menampakkan keimanan pada awalnya tidak mengira bahwa ayat memerintahkan kepada hal yang berhubungan dengan perang, pertumpahan darah, dan pedang. Mereka mengira bahwa islam hanya puasa, dan sholat, tetapi ketika turun ayat perang
“Maka apabila diturunkan suatu surat yang jelas Maksudnya dan disebutkan di dalamnya (perintah) perang, kamu Lihat orang-orang yang ada penyakit di dalam hatinya memandang kepadamu seperti pandangan orang yang pingsan karena takut mati, dan kecelakaanlah bagi mereka” – Muhammad: 20-
Mereka mengira bahwa kematian turun kepada mereka, dan terdengarlah kabar kepada orang- orang musyrik dan mereka tahu bahwa ada kekuatan baru di semenanjung Arab.
Kiblat Nabi SAW dan para sahabatnya pada saat itu adalah Baitul Maqdis, dan Nabi pun melihat ke langit, berharap agar kiblat pindah ke rumah yang dibangun oleh bapaknya – Ibrahim – sejak ribuan tahun silam. Akan tetapi Allah belum mengizinkannya, hingga datang bulan Sya’ban pada tahun ke- 2 Hijriah, Allah menurunkan ayat:
“ sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, Maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. dan dimana saja kamu berada, Palingkanlah mukamu ke arahnya. dan Sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.”- Al- Baqoroh: 144-
Berbahagialah Nabi SAW dengan perpindahan arah kiblat ini, dari Baitul Maqdis ke Ka’bah yang dimuliakan Allah, hingga para Sahabat sedang sholat, tiba- tiba datanglah seseorang yang mengabarkan bahwa arah kiblat telah berpindah ke Ka’bah, maka tanpa ragu mereka langsung mengubah arah sholat mereka.
Disini mulailah orang- orang munafik dan yahudi ragu akan urusan orang mukmin, mereka mengatakan: “ Bagaimana ini, mereka sholat beberapa tahun menghadap Baitul Maqdis, namun tiba- tiba mereka berpaling ke Ka’bah? Ini adalah sebuah gurauan dan permainan dalam urusan agama. Jika saat itu mereka dalam kebenaran, maka sekarang mereka dalam kesalahan, namun jika saat ini mereka dalam kebenaran, maka dahulu mereka dalam kesalahan. Mereka mulai menyebarkan keraguan ini kepada manusia, dan Allah memberi mereka julukan sebagai orang bodoh :
“ orang-orang yang kurang akalnya diantara manusia akan berkata: "Apakah yang memalingkan mereka (umat Islam) dari kiblatnya (Baitul Maqdis) yang dahulu mereka telah berkiblat kepadanya?" Katakanlah: "Kepunyaan Allah-lah timur dan barat; Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus”. – Al – Baqoroh: 142-
Jawaban untuk mereka adalah bahwa kiblat pertama kepunyaan Allah dan kiblat kedua pun milik Allah. Perpindahan ini merupakan ujian bagi orang- orang mukmin,hingga dketahuilah siapakah diantara mereka yang mengikuti Rosul SAW, dan siapakah yang berpaling.
“ dan Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa Amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia.”- Al- Baqoroh: 143-
Sebagian sahabat datang kepada Rosulullah dan mengatakan bahwa sebagian saudara kami sholat menghadap Baitul Maqdis dan mereka meninggal sebelum sholat mengahadap Ka’bah, bagaimanakah hukum sholatnya? Allah menamakannya dengan Iman, tidaklah ada perbedaan antara sholat mereka menghadap Baitul Maqdis sebelum perubahan ataupun menghadap kiblat.
Penetapan hukum pada bulan Sya’ban tahun kedua hijriah adalah perpindahan kiblat dari Baitul Maqdis ke Ka’bah.
Nabi SAW mengetahui bahwa ada kafilah dagang yang keluar daei Makah menuju ke Syam, dan beliau mengetahui bahwa kafilah dagang ini akan kembali dengan membawa lebih dari 1000 unta lengkap dengan barang bawaannya, yang mana didalamnya ada Abu syufyan bin Harb. Nabi mengabarkan kepada para sahabatnya akan hal ini, dan menyuruh mereka menghadang kafilah dagang, karena didalamnya ada harta kaum Quroisy, harta mereka yang yang diambil oleh kaum Quroisy. Maka sahabat pun keluar untuk menghadang dengan membawa beberapa senjata, mereka tidak mengira bahwa akan terjadi perang, karena ini hanyalah kafilah dagang, jumlah mereka hanya 310 sekian orang saja sebagian besar mereka adalah penunggang kuda, Zubair bin Awwam dan Miqdad bin Aswad, dan sebagian mereka tetap tinggal di Madinah. Nabi Saw memberikan bendera kepada Mush’ab bin Umair, dan pasukan dibagi menjadi 2, Muhajirin dan Anshor. Adapun Muhajirin didalamnya ada Ali bin Abi Tholib ra, dan Anshor ada Sa’ad bin Mu’adz ra. Abu Syufyan mengetahui akan hal ini, maka ia pun langsung mengutus utusan ke Makah, mengabarkan bahwa harta benda akan diambil paksa, Nabi dan para sahabat tidaklah mengira akan terjadi hal ini. Datanglah seorang utusan kepada mereka bernama Bambam Al- Ghifari mengabarkan kepada  kaum Quroisy bahwa harta mereka yang ada pada Abu Syufyan akan disita oleh Muhammad. Maka orang- orang Makah pun langsung mempersiapkan senjata mereka untuk berperang. Mereka mengatakan: “ akankah Muhammad dan para sahabatnya akan menjadi Ka’ir bin  Al- Hadromy? Apakah dengan mudah ia dan para sahabatnya akan mengambil harta kami? Sekali- kali tidak! Maka orang Quroisy mempersiapkan pasukan besar yang terdiri dari 1300 orang, semua pemuka Quroisy keluar untuk berperang kecuali Abu Lahab karena sebuah udzur dan ia pun mengutus seseorang untuk menggantikannya. Umayah bin Kholaf pun ingin tidak ikut perang, tapi datanglah sahabatnya Uqbah bin Abi Mu’ith dan mengatakan kepadanya untuk memakai pakaian wanita dan berhias. Umayah menjawab: “ mengapa engkau berkata ini?” Uqbah pun berkata:” tidak ada yang tidak ikut berperang kecuali wanita”. Maka Umayah pun menyiapkan dirinya untuk berperang.
Datanglah iblis dalam bentuk Suroqoh bin Malik dan mengatakan: wahai manusia pada hari ini kalian akan menang, aku datang dari Kinanah tetangga kalian”, maka mulailah ia menyemangati manusia untuk berperang
“ dan ketika syaitan menjadikan mereka memandang baik pekerjaan mereka dan mengatakan: "tidak ada seorang manusiapun yang dapat menang terhadapmu pada hari ini, dan Sesungguhnya saya ini adalah pelindungmu". Maka tatkala kedua pasukan itu telah dapat saling Lihat melihat (berhadapan), syaitan itu balik ke belakang seraya berkata: "Sesungguhnya saya berlepas diri daripada kamu, Sesungguhnya saya dapat melihat apa yang kamu sekalian tidak dapat melihat; Sesungguhnya saya takut kepada Allah". dan Allah sangat keras siksa-Nya.”- Al- Anfal: 48-
Maka orang- orang pun mulai mempersiapkan segala sesuatu untuk berperang, Abu Syufyan mengutus seseorang untuk memeriksa jalan, dan diketahui bahwa jalan utama telah dihadang oleh Muhammad SAW dan para sahabatnya. Maka Abu Syufyan pun memilih jalan lain, untuk menyelamatkan harta benda; karena 1000 unta hanya dijaga oleh 40 orang. Dituslah seorang utusan ke Makah dan mengabarkan bahwa pasukan Muhammad tidak menemukan mereka. Padahal orang Quroisy telah mempersiapkan 1300 pasukan dengan persenjataan yang lengkap, maka mereka memutuskan untuk kembali, iblis tidak tinggal diam, dia menyemangati orang- orang agar kembali berperang, karena ini adalah sebuah kesempatan emas mereka bisa mengalahkan Muhammad. Berdirilah Abu Jahal dan berkhutbah bahwa mereka tidak akan kembali, mereka akan pergi ke Badr, bermalam disana selama 3 malam, berpesta dengan menyembelih unta, dan meminum khamr, dan makan- makan.
“ dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang keluar dari kampungnya dengan rasa angkuh dan dengan maksud riya' kepada manusia serta menghalangi (orang) dari jalan Allah. dan (ilmu) Allah meliputi apa yang mereka kerjakan.” – Al- Anfal: 47-
Adapun Akhlis bin Syuroih pemuka kaum Bani Zuhroh mundur dari peperangan dan mundur bersamanya pula 300 orang, maka tersisalah 1000 orang pergi kearah Badr.
Maka pasukan kaum muslimin pun bergerak menuju Badr, padahal mereka hanya ingin mengahadang kafilah dagang Abu Syufyan, akan tetapi mereka harus berhadapan dengan pasukan Abu Jahal, dan mereka pun tidak ada persiapan sama sekali untuk berperang. Nabi SAW dalam kebingungan, jika kembali ke Madinah mereka akan menyerang mereka, adapun jika mengahadapi, mereka belum ada persiapan sama sekali.
“ sebagaimana Tuhanmu menyuruhmu pergi dan rumahmu dengan kebenaran, Padahal Sesungguhnya sebagian dari orang-orang yang beriman itu tidak menyukainya, mereka membantahmu tentang kebenaran sesudah nyata (bahwa mereka pasti menang), seolah-olah mereka dihalau kepada kematian, sedang mereka melihat (sebab-sebab kematian itu).” – Al- Anfal: 5-6-
Berdirilah Abu Bakar dan berkata dengan perkataan yang menenangkan, berdiri pula Umar bin Khotob dan berkata dengan perkataan yang menenangkan, berdiri pula Miqdad bin Amr dan berkata: “ Wahai Nabi kami tidak akan mengatakan apa yang dikatakan pengikut Musa kepada Musa as- pergilah engkau dan tuhanmu untuk berperang, kami duduk- duduk saja disini-, akan tetapi kami akan berkata pergilah engkau dan tuhanmu untuk berperang, kami akan berperang denganmu”. Senanglah Nabi SAW dengan perkataan ini, akan tetapi Nabi menginginkan pendapat kamu Anshor, karena yang berbicara tadi semuanya dari Muhajirin, kaum Anshor yang berbaiat kepada Nabi SAW untuk berperang bersama Nabi di Madinah, dan tidak berbaiat untuk berperang diluar Madinah.
Maka berdirilah Sa’ad bin Mu’adz dan berkata: “ Kami beriman kepada engkau ya Rosulullah, kami berbaiat kepada engkau untuk beriman, untuk berperang, maka wajib atas kami untuk mendengarkan dan taat, demi Allah wahai Rosulullah, andai didepan kami ada lautan, dan engkau menyuruh kami menyebranginya, maka tidaklah seorangpun dari kami lari darinya”. Sa’ad bin Mu’adz tidak hanya berbicara mengenai dirinya sendiri, akan tetapi ia juga berbicara mengenai kaum Anshor secara keseluruhan. Nabi pun merasa senang dan ia berkata: “ berjalanlah kalian, dan berilah kabar gembira; karena Allah menjanjikan kepadaku salah satu dari 2 kelompok,
“ dan (ingatlah), ketika Allah menjanjikan kepadamu bahwa salah satu dari dua golongan (yang kamu hadapi) adalah untukmu, sedang kamu menginginkan bahwa yang tidak mempunyai kekekuatan senjatalah yang untukmu, dan Allah menghendaki untuk membenarkan yang benar dengan ayat-ayat-Nya dan memusnahkan orang-orang kafir agar Allah menetapkan yang hak (Islam) dan membatalkan yang batil (syirik) walaupun orang-orang yang berdosa (musyrik) itu tidak menyukainya.”,- Al- Anfal : 7-

Kamis, 07 Januari 2016

SIRAH NABI - Tahun ke-9 Hijriyah- Part -3



Dan diantara orang yang tidak ikut berperang adalah 3 orang diluar orang munafiq, Ka’ab bin Malik, Hilal bin Umayah, dan Maroroh bin Robi’ah.
Berceritalah Ka’ab tentang kisahnya pada awal peperangan, ketika Nabi menyeru manusia untuk menyiapkan diri menghadapi perang ini, saat itu aku sedang dalam keadaan lapang, dan aku telah menyiapkan 2 unta untuk  perjalanan perang. Dia berkata: “ Aku telah menyaksikan seluruh perang bersama Rosulullah SAW kecuali perang Badr”. Ketika orang- orang bersiap- siap untuk berangkat perang, Ka’ab berbicara dalam hati: “ Aku akan menyelesaikan semua urusanku dan menyiapkan bekalku besok, karena aku mampu untuk ini, namun keesokan harinya aku belum mempersiapkan sesuatu, hingga orang- orang telah selesai mempersiapkan segala sesuatu”.
Ketika Rosulullah dan para sahabatnya siap berangkat untuk berperang, aku melihat mereka dan aku yakin aku akan bisa menyusul mereka dalam sehari atau 2 hari. Setelah sehari dua hari setan membisikkan sesuatu kepadaku, mengatakan aku akan kesusahan  menyusul mereka, dan bertambahlah gundah hatiku dan sedih ketika tidaklah kulihat di Madinah kecuali orang- orang munafik dan orang yang mempunyai udzur, kecuali aku.
Dan hasil panen di Madinah sungguh menyenangkan, namun bertambahlah resah dan gelisah dalam diriku. Dan Rosulullah menyebut namaku ketika di Tabuk, dia bertanya kepada para sahabat: Apa yang dilakukan Ka’ab bin Malik?”, menjawablah salah seorang dari mereka:” Wahai Rosulullah dia telah terberatkan dengan hasil panennya”, berdirilah Mu’adz bin Jabal dan berkata:” Engkau telah berdusta, apa yang terjadi bukanlah seperti yang engkau katakana, sesungguhnya kami tidak mengetahui darinya kecuali kebaikan”. Maka diamlah Rosulullah, seorang Nabi menanyakan Ka’ab sedangkan Ka’ab duduk- duduk di Madinah tanpa ada udzur sama sekali. Ketika aku mengetahui bahwa Nabi telah kembali dari Tabuk ke Madinah, aku sempat berpikiran untuk berbohong dan menyampaikan sebuah udzur, dan aku sudah menyiapkan sebuah alasan, yang dengannya aku bisa terbebas dari hukuman. Ketika aku memasuki masjid aku dapati orang- orang munafiq menyampaikan udzur, yang mana jumlah mereka lebih dari 80 orang, namun ketika aku menghadap Rosulullah SAW, beliau melihatku sambil tersenyum marah, kemudian memanggilku, dan aku pun duduk dihadapannya, dan dia berkata:” Wahai Ka’ab apa yang membuatmu tidak ikut berperang?”, namun Ka’ab tidak bisa mengutarakan alasannya, padahal orang- orang munafiq mereka mengutarakan alasan yang dibuat- buat dan Rosulullah pun memintakan ampun untuk mereka. Maka Ka’ab pun menjawab:” Wahai Rosulullah kseandainya aku berbicara dengan selain engkau di dunia ini, aku pasti akan mengutarakan alasan yang aku buat- buat, padahal Allah telah memberikan kelebihan kepadaku dalam hal berbicara, tapi tiadalah yang dapat menyelamatkanku melainkan kejujuran, demi Allah padahal aku adalah termasukm orang yang diberi kelapangan oleh Allah untuk pergi berperang, tidaklah aku mempunyai udzur”. Rosulullah SAW bersabda:” Adapun ini maka sungguh benarlah firman Allah, maka berdirilah ka’ab dan tunggulah keputusan dari Allah”.
Dan ka’ab pun keluar masjid, dan berkatalah orang- orang kepadanya:” Wahai Ka’ab, apakah yang telah kamu perbuat, seandainya engkau mengutarakan sebuah alasan, sungguh Rosulullah akan memintakan ampun untukmu”, hingga aku berfikir untuk kembali dan mengutarakan sebuah alasan bohong. Aku bertanya kepada mereka:” Apakah ada yang berbuat sepertiku?”, maka disebutlah dua sahabat yang solih Hilal bin Umayah dan Maroroh bin Robi’ah. Maka Nabi pun meminta kepada orang- orang agar jangan berbicara kepada mereka bertiga, dan mereka diboikot. Adapun Hilal dan Maroroh mereka adalah orang yang sudah lanjut usia, dan tidak banyak keluar rumah, adapun aku masih muda dan kuat, aku keluar kepasar dan bercampur dengan orang- orang, aku solat dengan mereka dan tidak ada yang mengajakku berbicara sama sekali, bisa kalian bayangkan? Orang- orang merasa bersedih atas apa yang terjadi pada mereka bertiga, karena mereka adalah orang beriman dan jujur, bahkan saat aku mengucapkan salam kepada Rosulullah, beliau tidak menjawabnya, dan ketika aku melihatnya, beliau memalingkan muka dariku. Bisa dibayangkan, orang yang paling kamu cintai dia menjawab salammu, tidak berbicara padamu, bahkan memalingkan muka ketika bertemu denganmu.
Aku pun keluar masjid dengan sangat bersedih, menuju rumah Abu Qotadah sepupuku, aku mengucapkan salam kepadanya, namun ia tidak menjawab salamku. Aku berkata kepadanya:” Wahai Abu Qotadah tidakkah engkau mengetahui bahwa aku sungguh mencitai Allah dan Rosul- Nya?”, namun ia tidak menjawab pertanyaanku, hingga kuulangi tiga kali. Ia pun menjawab:” Allah dan Rosul- Nya lebih mengetahui”, berderailah air mataku, aku pergi ke pasar dan tidak seorang pun menjawab salamku, hingga datang surat dari Syam menanyakan tentangku, aku pun membaca suratnya, yang ternyata dari pemuka kaum di Syam dan mengatakan bahwa telah sampai kabar kepada kami bahwa kaummu telah mengucilkanmu, maka bergabunglah bersama kami. Ketika aku membaca suratnya, aku langsung melemparnya kedalam perapian, ini adalah sebuah musibah.
Berlalulah 40 hari dan tiada seorang pun yang berbicara kepadaku, hingga datanglah utusan Rosulullah yang mana aku mengira ini adalah sebuah jalan keluar, tapi ternyata Rosulullah menyuruhku untuk menjauhi istriku, “ apakah Rosulullah menyuruhku untuk menceraikannya?”, ia menjawab: “ tidak”. Akupun menyuruh istriku untuk pulang ke rumah keluarganya, dan aku menjalani hari- hari seperti ini selama 50 hari.
dan terhadap tiga orang yang ditangguhkan (penerimaan taubat) mereka, hingga apabila bumi telah menjadi sempit bagi mereka, Padahal bumi itu Luas dan jiwa merekapun telah sempit (pula terasa) oleh mereka, serta mereka telah mengetahui bahwa tidak ada tempat lari dari (siksa) Allah, melainkan kepada-Nya saja. –At – Taubah:118-
hingga telah lewat waktu selama 50 hari,hari yang sungguh berat bagiku dan 2 sahabatku, dan akupun sholat subuh kemudian aku duduk diatas atap rumahku, merenungi nasib yang menimpaku, aku harusnya terus meminta ampun kepada Allah dan bertaubat. Hingga tiba- tiba aku mendengar orang keluar dari masjid dan memanggilku, yang mana telah sekian lama aku tidak mendengar seorangpun memanggil namaku, aku tahu ini adalah sebuah kabar gembira, maka aku langsung bersujud – sujud syukur-. Dan akupun bangun dari sujud dan kulihat dari kejauhan seseorang bergegas menuju rumahku, adapun yang lainnya, naik keatas rumah- rumah mereka dan berteriak dari jauh “ berbahagialah engkau wahai Ka’ab bin Malik karena Allah telah menerima taubatmu”. Ketika tiba orang yang datang kerumahku, aku langsung melepas kedua bajuku dan kuberikan kepadanya, yangmana aku tidak mempunyai baju lagi untuk menghadap Rosulullah SAW, maka akupun meminjam 2 baju dan bergegas menuju Rosulullah. Setiap sahabat menyambutku dengan suka cita dan memberiku selamat atas diterimanya taubatku. Ketika aku memasuki masjid, kulihat Nabi SAW duduk yang mana para sahabat berada disekelilingnya, berdirilah Tholhah bin Ubaidillah menyalamiku dan memberiku selamat. Ketika aku duduk dihadapan Rosulullah SAW kulihat beliau tersenyum dan wajahnya berseri- seri seperti bulan purnama, lalu beliau berkata:” berbahagialah Ka’ab pada hari terbaik sejak engkau lahir ke dunia ini”. Aku bertanya:” Wahai Rosulullah apakah ini darimu atau dari Allah?”, beliau menjawab:” ini dari Allah”. Allah menyebut mereka dalam firman-Nya:
dan terhadap tiga orang yang ditangguhkan (penerimaan taubat) mereka, hingga apabila bumi telah menjadi sempit bagi mereka, Padahal bumi itu Luas dan jiwa merekapun telah sempit (pula terasa) oleh mereka, serta mereka telah mengetahui bahwa tidak ada tempat lari dari (siksa) Allah, melainkan kepada-Nya saja. kemudian Allah menerima taubat mereka agar mereka tetap dalam taubatnya. Sesungguhnya Allah-lah yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang”.- At- Taubah:118-
aku sangat bahagia dengan kabar gembira ini, akupun berkata:” aku akan menginfakkan seluruh hartaku di jalan Allah”, namun Rosulullah menyuruhku agar menginfaqkan sebagian saja. Para sahabat mengucapkan selamat kepada mereka bertiga, berbicara dengan mereka, dan duduk- duduk bersama mereka, dan seluruh Madinah pun bergembira. 50 hari mereka diuji Allah dan mereka pun lulus ujian, melalui hari- hari sulit dengan terus bertaubat kepada Allah. Beginilah kisah diterimanya taubat mereka, Allah telah menyelamatkan mereka; disebabkan kejujuran mereka kepada Allah dan Rosul-Nya.
Pada tahun ini juga, Nabi SAW menerima kabar kematian Raja Najasyi, bersedihlah hati Nabi SAW, karena ia adalah raja yang baik hati dan adil, maka Rosul pun menyolatkannya solat Ghoib, dan disyariatkan Sholat Ghoib.
Begitu juga pada tahun ini, pemimpin kaum munafik Abdullah bin Ubay bin Salul meninggal, Nabi SAW pun memintakan ampun untuknya, maka turunlah ayat:” kamu memohonkan ampun bagi mereka atau tidak kamu mohonkan ampun bagi mereka (adalah sama saja). Kendatipun kamu memohonkan ampun bagi mereka tujuh puluh kali, Namun Allah sekali-kali tidak akan memberi ampunan kepada mereka. yang demikian itu adalah karena mereka kafir kepada Allah dan Rasul-Nya. dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik.”
Maka nabi pun berkata aku akan memintakan ampun untuknya lebih dari 70 kali. Abdullah yang terus- menerus menyiksa Nabi SAW selama bertahun- tahun, namun beliau menyuruh untuk memandikannya, mengkafaninya dan mensholatkannya. Umar ra berkata:” Apakah engkau akan mensholatkan pemimpin kaum munafiq? Orang yang selalu berbuat begini dan begitu”. Rosulullah menjawab:” Iya”, ini karena kasih sayang Rosulullah SAW. Ketika beliau SAW sedang mensholatkannya, maka turunlah ayat: “ dan janganlah kamu sekali-kali menyembahyangkan (jenazah) seorang yang mati di antara mereka, dan janganlah kamu berdiri (mendoakan) di kuburnya. Sesungguhnya mereka telah kafir kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka mati dalam Keadaan fasik”. Beginilah Al- Qur’an menguatkan perkataan Umar ra.
Pada tahun ini juga ditegakkanlah hukum rajam bagi wanita Ghomidiyah, siapakah wanita Ghomidiyah? seorang pezina yang datang kepada Rosulullah untuk dihukum, ia berkata:” Wahai Rosulullah aku telah berzina, maka sucikanlah aku”, maka Nabi SAW membiarkannya hingga ia melahirkan. Ketika ia telah melahirkan, ia kembali kepada rosulullah sambil membawa bayi, dan Nabi SAW menyuruhnya kembali dan menyusui bayinya. Setelah 2 tahun ia kembali lagi sambil membawa anak keci dan ditangannya memegang roti dan memakannya- menandakan kalau anak kecil telah disapih-. Ketika Nabi SAW melihatnya, beliau mengambil anaknya dan diberikan kepada salah seorang sahabatnya dan dirajamlah wanita ini, dan Nabi SAW memberi kabar gembira dengan diterimanya taubat wanita ini.
Beginilah kejadian- kejadian yang terjadi pada tahun ke-9 hijriah, yang mana Nabi SAW adalah orang yang paling kasih saying, berbahagia akan diterimanya taubat kaumnya walaupun ia telah bermaksiat. selesai

Rabu, 06 Januari 2016

SIRAH NABI - Tahun Ke-9 Hijriah- Part-2



Beginilah pasukan perang mempersiapkan diri untuk keluar menghadapi kerajaan paling besar pada masa itu, yaitu kerajaan Romawi.
Maka pergilah pasukan kaum muslimin ke Tabuk 30.000 orang, dan Nabi meninggalkan Ali ra untuk menjaga keluarganya, maka bersedihlah Imam Ali, yang mana dia adalah perwira yang cinta untuk berjuang di jalan Allah. Maka pergilah dia menghadap Nabi SAW meminta izin untuk keluar bersama mereka. Maka Nabi pun menyebutkan kisah Harun as bersama Musa as, dan mengatakan: “ Ridhokah kamu berada disisiku sebagaimana kedudukan Harun terhadap Musa? Perbedaannya hanyalah tiada Nabi setelahku, yang mana Musa ketika pergi untuk berbicara kepada Rabb nya meninggalkan Harun bersama kaumnya.”
Maka berangkatlah pasukan perang ke tabuk dengan jumlah yang sangat besar, hingga 18 orang memegang 1 unta. Mereka ditimpa kelaparan dan hampir binasa karena kehausan, sampai- sampai mereka memakan dedaunan, akan tetapi hal tersebut tidak menyurutkan semangat dan langkah mereka, sampai pasukan ini disebut dengan pasukan ‘usroh’ – kesulitan-, sebab kesulitan yang mereka hadapi.
Pasukan perang sampai di daerah Nabi Sholih, daerah yang mana Allah menimpakan kepada kaumnya adzab, dan terlaknat, sahabat pun masuk kedalamnya dan mendapati air, mereka pun meminumnya, dan Nabi pun melarangnya. “Sampai adonan roti yang telah kalian uleni dengan air ini, maka berikanlah kepada unta dan hewan ternak, dan janganlah memakan darinya sesuatu”. Kenapa?? Karena ia adalah daerah yang terlaknat. Sampai Nabi SAW bersabda:” janganlah kalian masuk, sampai orang- orang miskin yang terdholimi kecuali yang tersisa, hingga kalian tidak tertimpa laknat, hingga tidak turun atas kalian laknat yang telah menimpa umat sebelum kalian”.
Lewatlah para sahabat dari daerah ini, dari gunung ini hingga mereka teringat akan adzab yang turun kepada kaum Nabi Sholih, kemudian para sahabat meneruskan perjalanan. Dan Nabi SAW memberi tahu  para sahabat sebelum sampai ke Tabuk bahwa didalamnya ada air, ada sumber mata air, dan janganlah menyentuhnya. Tetapi 2 dari 30.000 pasukan mendahului rombongan dan sampai ke sumur, dan mereka pun meminumnya. Dan Nabi SAW mencela perbuatan mereka. Hingga sampailah sahabat ke sumur ini, dan mendapati air sangat sedikit sekali, bagaimana bisa mencukupi 30.000 pasukan dan binatang ternak mereka. Akan tetapi Nabi meletakkan tangannya kedalam air dan berdoa kepada Allah, dan Allah pun memberi barokah terhadap air ini, hingga bisa memberi minum semua pasukan dan binatang ternak hingga kenyang.
Nabi SAW merapatkan barisan di Tabuk dan berkhutbah dengan khutbah yang menyentuh hati dan membangkitakan semangat mereka. Hingga kaum Romawi yang telah menyiapkan pasukan yang besar dan belum pernah berhadapan dengan kaum muslimin, berdebarlah hati- hati mereka dan bercerai- berailah pasukan mereka, dan melarikan diri. Kalahlah pasukan Romawi dan cukuplah bagi kaum muslimin peperangan.
Nabi tetap merapatkan barisannya bersama pasukannya mengajari mereka dan mengingatkan hukum- hukum islam. Datanglah penduduk desa dan kabilah- kabilah sekitar Tabuk bersama pemimpin- pemimpin mereka, mengumumkan bahwa mereka bergabung dengan Daulah Islam walaupun mereka belum masuk islam. Bergabung dengan Rosulullah dan menyerahkan jizyah dan tahulah Romawi bahwa Negara Islam pasti akan datang.
…………………………………………………………………………………………………………………………………………
Nabi SAW dan para sahabatnya kembali dari Tabuk dengan membawa kemenangan, saat perjalanan pulang, orang- orang munafiq memanfaatkan kesempatan ini dan ingin mendapatkan sesuatu dari Nabi SAW. Maka bersepakatlah beberapa orang dari kaum munafiq untuk menghadap Nabi SAW dan menyakiti beliau, yang mana saat itu yang bersama Nabi SAW adalah Hudzaifah ra, dan dia mengetahui kabar ini, maka dia memukul mereka dengan cambuknya sebagaimana mencambuk kuda, maka Allah memberi rasa takut, dan mereka pun lari tercerai berai. Hudzaifah pun mendatangi Nabi SAW dan memberi tahu apa yang terjadi, Nabi SAW pun memanggil mereka, dan mereka bersumpah bahwa mereka tidak mengatakan perkataan ini, dan Allah pun membuka kedok mereka
šcqàÿÎ=øts «!$$Î/ $tB (#qä9$s% ôs)s9ur (#qä9$s% spyJÎ=x. ̍øÿä3ø9$# (#rãxÿŸ2ur y÷èt/ ö/ÏSÏJ»n=óÎ) (#qJydur $yJÎ/ óOs9 (#qä9$oYtƒ 4
 mereka (orang-orang munafik itu) bersumpah dengan (nama) Allah, bahwa mereka tidak mengatakan (sesuatu yang menyakitimu). Sesungguhnya mereka telah mengucapkan Perkataan kekafiran, dan telah menjadi kafir sesudah Islam dan mengingini apa yang mereka tidak dapat mencapainya.- At- Taubah: 74-
begitu juga saat kedatangan Nabi SAW ke Madinah mereka mengatakan: “ Wahai Rasulullah kami telah membangun masjid”, mereka membangun masjid untuk mencerai- beraikan barisan kaum muslimin, yang mana kaum muslimin yang lebih dulu membangun masjid- yaitu masjid Quba- dan mereka membangun masjid lain yang diberi nama masjid “Dhiror”. Mereka mengatakan: “ Wahai Rosulullah sholatlah disini”, maka Allah pun menyingkap tipu daya mereka.
šúïÏ%©!$#ur (#räsƒªB$# #YÉfó¡tB #Y#uŽÅÑ #\øÿà2ur $K)ƒÌøÿs?ur šú÷üt/ šúüÏZÏB÷sßJø9$# #YŠ$|¹öÎ)ur ô`yJÏj9 šUu%tn ©!$# ¼ã&s!qßuur `ÏB ã@ö6s% 4 £`àÿÎ=ósuŠs9ur ÷bÎ) !$tR÷Šur& žwÎ) 4Óo_ó¡ßsø9$# ( ª!$#ur ßpkôtƒ öNåk¨XÎ) šcqç/É»s3s9 ÇÊÉÐÈ   Ÿw óOà)s? ÏmÏù #Yt/r& 4
dan (di antara orang-orang munafik itu) ada orang-orang yang mendirikan masjid untuk menimbulkan kemudharatan (pada orang-orang mukmin), untuk kekafiran dan untuk memecah belah antara orang-orang mukmin serta menunggu kedatangan orang-orang yang telah memerangi Allah dan Rasul-Nya sejak dahulu. mereka Sesungguhnya bersumpah: "Kami tidak menghendaki selain kebaikan." dan Allah menjadi saksi bahwa Sesungguhnya mereka itu adalah pendusta (dalam sumpahnya). . janganlah kamu bersembahyang dalam mesjid itu selama-lamanya - At- Taubah: 107-108-
Dan Nabi SAW menyuruh sahabatnya untuk pergi kemasjid ini dan merobohkannya; karena masjid ini tidak dibangun diatas ketakwaan.
 Kembalilah Nabi SAW ke Madinah dan disambut oleh seluruh penduduk Madinah  bersuka- cita sambil menyanyikan lagu “ thola’al badru ‘alaina”. ketika Nabi SAW sudah sampai Madinah dan setiap sahabat bertemu keluarganya, pergilah Nabi SAW ke masjid dan solat 2 roka’at sambil menunggu orang- orang yang akan memnyampaikan udzur tidak ikut berperang. Datanglah kaum munafiq yang mana jumlah mereka lebih dari 80 orang, mereka semua tidak mengikuti perang tanpa udzur, tapi mereka berbohong kepada Rosulullah sehingga setiap mereka mengajukan udzur dan meminta kepada Nabi SAW agar memintakan ampun untuk mereka. Tentu Nabi SAW memintakan ampun utuk mereka melihat dari luarnya
šcqàÿÎ=øts «!$$Î/ öNä3s9 öNà2qàÊ÷ŽãÏ9 ª!$#ur ÿ¼ã&è!qßuur ŽYymr& br& çnqàÊöãƒ bÎ) (#qçR$Ÿ2 šúüÏZÏB÷sãB ÇÏËÈ  
 mereka bersumpah kepada kamu dengan (nama) Allah untuk mencari keridhaanmu, Padahal Allah dan Rasul-Nya Itulah yang lebih patut mereka cari keridhaannya jika mereka adalah orang-orang yang mukmin. – At- Taubah:62-
walaupun Nabi SAW memaafkan mereka, akan tetapi Allah mencela mereka, dikatakan kepada mereka:
$xÿtã ª!$# šZtã zNÏ9 |MRÏŒr& óOßgs9 4Ó®Lym tû¨üt6tGtƒ šs9 šúïÏ%©!$# (#qè%y|¹ zMn=÷ès?ur šúüÎ/É»s3ø9$# ÇÍÌÈ  
semoga Allah mema'afkanmu. mengapa kamu memberi izin kepada mereka (untuk tidak pergi berperang), sebelum jelas bagimu orang-orang yang benar (dalam keuzurannya) dan sebelum kamu ketahui orang-orang yang berdusta? – At- taubah: 43-
hingga jelaslah diantara orang munafiq dan yang lainnya, beginilah Perang tabuk dan apa yang terjadi didalamnya yang mana Allah memberi kemenangan kepada Hamba- Nya.