Minggu, 17 Januari 2016

Permulaan Perang dalam Sejarah Islam



* diterjemahkan secara bebas dari muhadhoroh syaikh Nabil- hafidhohullah-
Ketika turun izin untuk berperang, maka Nabi SAW mulai mempelajari semua strategi perang, dari Madinah ke Mekah, dan dari Makah ke perniagaannya di Syam. Dan mulai mengirim pasukan perang, pada tahun pertama mengutus pasukan yang dipimpin oleh Hamzah bin Abdul Mutholib Singa Allah dan Rasul-Nya kepada kafilah dagang yang didalamnya ada Abu Jahal, tetapi tidak terjadi perang diantara keduanya. Begitu juga mengirim pasukan yang dipimpin oleh Ubaidah bin Harits pada akhir bulan Rajab ke daerah yang bernama Nahlah.  kepada pasukan perang yang didalamnya ada Ubaidillah bin Jahsy , para sahabat berbeda pendapat, apakah akan memerangi mereka atau tidak, karena ini adalah akhir bulan Rajab dan bulan Rajab adalah bulan Haram. Sebagian berpendapat mungkin telah berakhir bulan Rajab dan masuk bulan selanjutnya, dan yang lainnya berpendapat, mungkin bulan digenapkan menjadi 30 hari. Jika kita meninggalkan untuk berperang hari ini, maka mereka akan lari dari kita, tapi jika kita memerangi mereka maka kita akan berperang pada bulan Haram. Maka ditetapkanlah keputusan bahwa mereka akan berperang, dan terjadilah perang. Terbunuhlah seorang musyrikin dan menawan 2 orang,  orang- orang musyrikin mendengar hal ini, dan mereka berkata bahwa Muhammad tidak memperhatikan bulan Haram, ia tidak mensucikannya dan tidak pula mengharamkan perang didalamnya.
“ mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan Haram. Katakanlah: "Berperang dalam bulan itu adalah dosa besar” – Al- Baqoroh: 217-
Benar kami bersepakat dengan kalian bahwa berperang pada bulan haram adalah dilarang, tapi apakah yang kalian lakukan adalah halal? Dari menghalangi manusia dari jalan Allah, mengusir manusia dari rumah Allah, menghalangi mereka dari thowaf di ka’bah. Jika berperang adalah haram, maka bagaimana dengan kafir kepada Allah, mengharuskan orang lain untuk mengingkari Allah, bukankah hal ini lebih besar dari pada berperang pada bulan Haram?
“ Fitnah lebih besar dari pembunuhan” , yaitu fitnah manusia terhadap agamanya lebih besar daripada membunuh mereka. Kemudian Nabi membebaskan tawanan dan memberikan diyat kepada orang yang terbunuh, dan mulailah diutus pasukan- pasukan perang, maka Allah menurunkan ayat:
“ dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas” – Al- Baqoroh: 190 -
Maka mulailah turun ayat- ayat yang berhubungan dengan perang, adapun kaum munafik yang berpaling dari barisan jihad, yang menampakkan keimanan pada awalnya tidak mengira bahwa ayat memerintahkan kepada hal yang berhubungan dengan perang, pertumpahan darah, dan pedang. Mereka mengira bahwa islam hanya puasa, dan sholat, tetapi ketika turun ayat perang
“Maka apabila diturunkan suatu surat yang jelas Maksudnya dan disebutkan di dalamnya (perintah) perang, kamu Lihat orang-orang yang ada penyakit di dalam hatinya memandang kepadamu seperti pandangan orang yang pingsan karena takut mati, dan kecelakaanlah bagi mereka” – Muhammad: 20-
Mereka mengira bahwa kematian turun kepada mereka, dan terdengarlah kabar kepada orang- orang musyrik dan mereka tahu bahwa ada kekuatan baru di semenanjung Arab.
Kiblat Nabi SAW dan para sahabatnya pada saat itu adalah Baitul Maqdis, dan Nabi pun melihat ke langit, berharap agar kiblat pindah ke rumah yang dibangun oleh bapaknya – Ibrahim – sejak ribuan tahun silam. Akan tetapi Allah belum mengizinkannya, hingga datang bulan Sya’ban pada tahun ke- 2 Hijriah, Allah menurunkan ayat:
“ sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, Maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. dan dimana saja kamu berada, Palingkanlah mukamu ke arahnya. dan Sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.”- Al- Baqoroh: 144-
Berbahagialah Nabi SAW dengan perpindahan arah kiblat ini, dari Baitul Maqdis ke Ka’bah yang dimuliakan Allah, hingga para Sahabat sedang sholat, tiba- tiba datanglah seseorang yang mengabarkan bahwa arah kiblat telah berpindah ke Ka’bah, maka tanpa ragu mereka langsung mengubah arah sholat mereka.
Disini mulailah orang- orang munafik dan yahudi ragu akan urusan orang mukmin, mereka mengatakan: “ Bagaimana ini, mereka sholat beberapa tahun menghadap Baitul Maqdis, namun tiba- tiba mereka berpaling ke Ka’bah? Ini adalah sebuah gurauan dan permainan dalam urusan agama. Jika saat itu mereka dalam kebenaran, maka sekarang mereka dalam kesalahan, namun jika saat ini mereka dalam kebenaran, maka dahulu mereka dalam kesalahan. Mereka mulai menyebarkan keraguan ini kepada manusia, dan Allah memberi mereka julukan sebagai orang bodoh :
“ orang-orang yang kurang akalnya diantara manusia akan berkata: "Apakah yang memalingkan mereka (umat Islam) dari kiblatnya (Baitul Maqdis) yang dahulu mereka telah berkiblat kepadanya?" Katakanlah: "Kepunyaan Allah-lah timur dan barat; Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus”. – Al – Baqoroh: 142-
Jawaban untuk mereka adalah bahwa kiblat pertama kepunyaan Allah dan kiblat kedua pun milik Allah. Perpindahan ini merupakan ujian bagi orang- orang mukmin,hingga dketahuilah siapakah diantara mereka yang mengikuti Rosul SAW, dan siapakah yang berpaling.
“ dan Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa Amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia.”- Al- Baqoroh: 143-
Sebagian sahabat datang kepada Rosulullah dan mengatakan bahwa sebagian saudara kami sholat menghadap Baitul Maqdis dan mereka meninggal sebelum sholat mengahadap Ka’bah, bagaimanakah hukum sholatnya? Allah menamakannya dengan Iman, tidaklah ada perbedaan antara sholat mereka menghadap Baitul Maqdis sebelum perubahan ataupun menghadap kiblat.
Penetapan hukum pada bulan Sya’ban tahun kedua hijriah adalah perpindahan kiblat dari Baitul Maqdis ke Ka’bah.
Nabi SAW mengetahui bahwa ada kafilah dagang yang keluar daei Makah menuju ke Syam, dan beliau mengetahui bahwa kafilah dagang ini akan kembali dengan membawa lebih dari 1000 unta lengkap dengan barang bawaannya, yang mana didalamnya ada Abu syufyan bin Harb. Nabi mengabarkan kepada para sahabatnya akan hal ini, dan menyuruh mereka menghadang kafilah dagang, karena didalamnya ada harta kaum Quroisy, harta mereka yang yang diambil oleh kaum Quroisy. Maka sahabat pun keluar untuk menghadang dengan membawa beberapa senjata, mereka tidak mengira bahwa akan terjadi perang, karena ini hanyalah kafilah dagang, jumlah mereka hanya 310 sekian orang saja sebagian besar mereka adalah penunggang kuda, Zubair bin Awwam dan Miqdad bin Aswad, dan sebagian mereka tetap tinggal di Madinah. Nabi Saw memberikan bendera kepada Mush’ab bin Umair, dan pasukan dibagi menjadi 2, Muhajirin dan Anshor. Adapun Muhajirin didalamnya ada Ali bin Abi Tholib ra, dan Anshor ada Sa’ad bin Mu’adz ra. Abu Syufyan mengetahui akan hal ini, maka ia pun langsung mengutus utusan ke Makah, mengabarkan bahwa harta benda akan diambil paksa, Nabi dan para sahabat tidaklah mengira akan terjadi hal ini. Datanglah seorang utusan kepada mereka bernama Bambam Al- Ghifari mengabarkan kepada  kaum Quroisy bahwa harta mereka yang ada pada Abu Syufyan akan disita oleh Muhammad. Maka orang- orang Makah pun langsung mempersiapkan senjata mereka untuk berperang. Mereka mengatakan: “ akankah Muhammad dan para sahabatnya akan menjadi Ka’ir bin  Al- Hadromy? Apakah dengan mudah ia dan para sahabatnya akan mengambil harta kami? Sekali- kali tidak! Maka orang Quroisy mempersiapkan pasukan besar yang terdiri dari 1300 orang, semua pemuka Quroisy keluar untuk berperang kecuali Abu Lahab karena sebuah udzur dan ia pun mengutus seseorang untuk menggantikannya. Umayah bin Kholaf pun ingin tidak ikut perang, tapi datanglah sahabatnya Uqbah bin Abi Mu’ith dan mengatakan kepadanya untuk memakai pakaian wanita dan berhias. Umayah menjawab: “ mengapa engkau berkata ini?” Uqbah pun berkata:” tidak ada yang tidak ikut berperang kecuali wanita”. Maka Umayah pun menyiapkan dirinya untuk berperang.
Datanglah iblis dalam bentuk Suroqoh bin Malik dan mengatakan: wahai manusia pada hari ini kalian akan menang, aku datang dari Kinanah tetangga kalian”, maka mulailah ia menyemangati manusia untuk berperang
“ dan ketika syaitan menjadikan mereka memandang baik pekerjaan mereka dan mengatakan: "tidak ada seorang manusiapun yang dapat menang terhadapmu pada hari ini, dan Sesungguhnya saya ini adalah pelindungmu". Maka tatkala kedua pasukan itu telah dapat saling Lihat melihat (berhadapan), syaitan itu balik ke belakang seraya berkata: "Sesungguhnya saya berlepas diri daripada kamu, Sesungguhnya saya dapat melihat apa yang kamu sekalian tidak dapat melihat; Sesungguhnya saya takut kepada Allah". dan Allah sangat keras siksa-Nya.”- Al- Anfal: 48-
Maka orang- orang pun mulai mempersiapkan segala sesuatu untuk berperang, Abu Syufyan mengutus seseorang untuk memeriksa jalan, dan diketahui bahwa jalan utama telah dihadang oleh Muhammad SAW dan para sahabatnya. Maka Abu Syufyan pun memilih jalan lain, untuk menyelamatkan harta benda; karena 1000 unta hanya dijaga oleh 40 orang. Dituslah seorang utusan ke Makah dan mengabarkan bahwa pasukan Muhammad tidak menemukan mereka. Padahal orang Quroisy telah mempersiapkan 1300 pasukan dengan persenjataan yang lengkap, maka mereka memutuskan untuk kembali, iblis tidak tinggal diam, dia menyemangati orang- orang agar kembali berperang, karena ini adalah sebuah kesempatan emas mereka bisa mengalahkan Muhammad. Berdirilah Abu Jahal dan berkhutbah bahwa mereka tidak akan kembali, mereka akan pergi ke Badr, bermalam disana selama 3 malam, berpesta dengan menyembelih unta, dan meminum khamr, dan makan- makan.
“ dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang keluar dari kampungnya dengan rasa angkuh dan dengan maksud riya' kepada manusia serta menghalangi (orang) dari jalan Allah. dan (ilmu) Allah meliputi apa yang mereka kerjakan.” – Al- Anfal: 47-
Adapun Akhlis bin Syuroih pemuka kaum Bani Zuhroh mundur dari peperangan dan mundur bersamanya pula 300 orang, maka tersisalah 1000 orang pergi kearah Badr.
Maka pasukan kaum muslimin pun bergerak menuju Badr, padahal mereka hanya ingin mengahadang kafilah dagang Abu Syufyan, akan tetapi mereka harus berhadapan dengan pasukan Abu Jahal, dan mereka pun tidak ada persiapan sama sekali untuk berperang. Nabi SAW dalam kebingungan, jika kembali ke Madinah mereka akan menyerang mereka, adapun jika mengahadapi, mereka belum ada persiapan sama sekali.
“ sebagaimana Tuhanmu menyuruhmu pergi dan rumahmu dengan kebenaran, Padahal Sesungguhnya sebagian dari orang-orang yang beriman itu tidak menyukainya, mereka membantahmu tentang kebenaran sesudah nyata (bahwa mereka pasti menang), seolah-olah mereka dihalau kepada kematian, sedang mereka melihat (sebab-sebab kematian itu).” – Al- Anfal: 5-6-
Berdirilah Abu Bakar dan berkata dengan perkataan yang menenangkan, berdiri pula Umar bin Khotob dan berkata dengan perkataan yang menenangkan, berdiri pula Miqdad bin Amr dan berkata: “ Wahai Nabi kami tidak akan mengatakan apa yang dikatakan pengikut Musa kepada Musa as- pergilah engkau dan tuhanmu untuk berperang, kami duduk- duduk saja disini-, akan tetapi kami akan berkata pergilah engkau dan tuhanmu untuk berperang, kami akan berperang denganmu”. Senanglah Nabi SAW dengan perkataan ini, akan tetapi Nabi menginginkan pendapat kamu Anshor, karena yang berbicara tadi semuanya dari Muhajirin, kaum Anshor yang berbaiat kepada Nabi SAW untuk berperang bersama Nabi di Madinah, dan tidak berbaiat untuk berperang diluar Madinah.
Maka berdirilah Sa’ad bin Mu’adz dan berkata: “ Kami beriman kepada engkau ya Rosulullah, kami berbaiat kepada engkau untuk beriman, untuk berperang, maka wajib atas kami untuk mendengarkan dan taat, demi Allah wahai Rosulullah, andai didepan kami ada lautan, dan engkau menyuruh kami menyebranginya, maka tidaklah seorangpun dari kami lari darinya”. Sa’ad bin Mu’adz tidak hanya berbicara mengenai dirinya sendiri, akan tetapi ia juga berbicara mengenai kaum Anshor secara keseluruhan. Nabi pun merasa senang dan ia berkata: “ berjalanlah kalian, dan berilah kabar gembira; karena Allah menjanjikan kepadaku salah satu dari 2 kelompok,
“ dan (ingatlah), ketika Allah menjanjikan kepadamu bahwa salah satu dari dua golongan (yang kamu hadapi) adalah untukmu, sedang kamu menginginkan bahwa yang tidak mempunyai kekekuatan senjatalah yang untukmu, dan Allah menghendaki untuk membenarkan yang benar dengan ayat-ayat-Nya dan memusnahkan orang-orang kafir agar Allah menetapkan yang hak (Islam) dan membatalkan yang batil (syirik) walaupun orang-orang yang berdosa (musyrik) itu tidak menyukainya.”,- Al- Anfal : 7-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar